Kamis, 17 November 2022

Reklamasi lahan bekas galian C dengan penanaman tanaman Hutan Rakyat

 

Dari beberapa jenis bahan galian golongan C yang paling banyak penambangannya dilakukan adalah pasir, kerikil, batu kali dan tanah urug. Usaha penambangan  terutama tanah urug tersebut harus mendapat perhatian serius, karena sering kali usaha penambangan tersebut dilakukan dengan kurang memperhatikan akibatnya terhadap lingkungan hidup. Pada umumnya pengusaha penambangan bahan galian golongan C melakukan kegiatan penambangan  memakai alat berat. Dalam pemakaian alat-alat berat inilah yang mengakibatkan terdapatnya lubang-lubang besar bekas galian yang kedalamannya mencapai 3 sampai 4 meter, dan apabila bekas galian ini tidak direklamasi oleh pengusaha mengakibatkan lingkungan sekitarnya menjadi rusak.

Akibat penambangan bahan galian golongan C ini, dapat mengakibatkan terjadinya pengikisan terhadap humus tanah, yaitu lapisan teratas dari permukaan tanah yang dapat mengandung bahan organik yang disebut dengan unsur hara dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik lapisan ini disebut olah yang merupakan daerah utama bagi tanaman. Lapisan olah ini tempat hidupnya tumbuh-tumbuhan dan berfungsi sebagai perangsang akar untuk menjalar ke lapisan bawah. Lapisan ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan pekarangan rumahnya. Selain itu terjadinya lubang-lubang yang besar akan mengakibatkan lahan itu tidak dapat dipergunakan lagi (menjadi lahan yang tidak produktif), pada saat musim hujan lubang-lubang itu digenangi air yang potensial menjadi sumber penyakit karena menjadi sarang-sarang nyamuk.

 

Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap  air  tanah  dan air permukaan, berlanjut  secara fisik perubahan morfologi  dan  topografi  lahan.  Lebih  jauh  lagi  adalah perubahan iklim  mikro yang  disebabkan perubahan kecepatan  angin, gangguan habitat  biologi berupa flora  dan  fauna, serta penurunan  produktivitas  tanah dengan  akibat menjadi tandus  atau  gundul. Mengacu  kepada perubahan tersebut perlu  dilakukan upaya reklamasi. Selain bertujuan untuk mencegah erosi atau mengurangi kecepatan aliran air limpasan, reklamasi dilakukan  untuk  menjaga  lahan  agar  tidak labil  dan  lebih  produktif. Akhirnya  reklamasi diharapkan menghasilkan  nilai  tambah bagi lingkungan dan  menciptakan  keadaan  yang  jauh lebih  baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

AKIBAT PENAMBANGAN GALIAN C

1.           Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.

2.           Perubahan topograf

Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.

3.           Perubahan pola hidrologi.

Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan akibatnya hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah lagi pada sistem penambangan terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-sumur bor untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur pompa dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground water table) berubah yang mengindikasikan pengurangan cadangan air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi tercemarnya badan air akibat tersingkapnya batuan yang mengandung sulfida sehingga kualitasnya menurun (Ptacek, et.al, 2001).

4.           Kerusakan tubuh tanah.

Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin,  terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto (2008) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan.

5.           Penurunan Kualitas Udara

Banyaknya penggunaan alat berat dalam proses penambangan akan menghasilkan emisi gas buang, selain itu penggunaan kendaraan dalam proses pengangkutan material tambang juga menghasilkan emisi gas buang serta mengakibatkan peningkatan jumlah partikel debu terutama pada musim kemarau. Sehingga dalam kurun waktu yang lama akan terjadi perubahan kualitas lingkungan terutama kualitas udara, baik dilokasi penambangan maupun di jalur yang dilewati oleh kendaraan pengangkut material tambang.

Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Namun kebanyakan pemrakarsa kegiatan pertambangan kurang memperhatikan prosedur reklamasi dan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

Di  Desa Kemiri Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo untuk melakukan rehabilitasi reklamasi bekas tambang galian C di lakukan kegiatan Hutan Rakyat dengan jenis tanaman Sengon.

 

Kamis, 08 September 2022

Kewaspadaan terhadap Kebakaran hutan di musim kemarau

 

Kebakaran hutan terjadi ketika semua elemen yang diperlukan dalam penyulutan api dikumpulkan di area yang rentan: sumber penyalaan dihadapkan dengan bahan yang mudah terbakar seperti vegetasi, yang mengalami panas yang cukup dan memiliki pasokan oksigen yang cukup dari udara sekitar. Kadar air yang tinggi biasanya mencegah penyulutan dan memperlambat perambatan, karena suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk menguapkan air di dalam material dan memanaskan material mencapai titik api.

Hutan lebat biasanya memberikan lebih banyak bayangan, menghasilkan suhu lingkungan yang lebih rendah dan kelembaban yang lebih besar, dan karena hal-hal itulah hutan lebat tidak begitu rentan terhadap kebakaran hutan. Bahan yang kurang padat seperti rumput dan daun lebih mudah terbakar karena mengandung lebih sedikit air daripada bahan yang lebih padat seperti cabang dan batang. Tanaman terus menerus kehilangan air karena evapotranspirasi, tetapi kehilangan air ini biasanya diseimbangkan dengan air yang diserap dari tanah, kelembaban, atau hujan. Ketika keseimbangan ini tidak dipertahankan, tanaman mengering dan karenanya lebih mudah terbakar, sering kali sebagai akibat dari kekeringan.

Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:

·                Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.

·                Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.

·                Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.

·                Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.

·                Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1.           Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.

2.           Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

3.           Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.

4.           Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.

5.           Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.

6.           Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.

7.           Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.

8.           Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak.

Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.

9.           Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.

Teknik Pemadaman Kebakaran

Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api , beberapa cara memadamkan api yaitu :

·                    Pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak dapat menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air. Pendinginan permukaan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang mudah terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah terbakar dengan flash point di bawah 100 oC atau 37 oC.

·                    Penyalimutan (smothering)

Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering), dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api akan dapat padam. Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih cepat apabila uap yang terbentuk dapat terkumpul di dalam daerah yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan berakhir apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses pengembunan ini akan dilepasnya sejumlah panas.

·                    Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar dengan cara diurai (starvation)

o  Menjauhkan benda yang belum terbakar

o  Menutup kran aliran minyak/gas yang terbakar

o  Merobohkan salah satu bangunan guna melindungi bangunan yang jumlahnya lebih banyak dan belum terbakar

Jenis Media Pemadaman Kebakaran

Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu :

 

1.           Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti kayu,  Arang, Kertas,  Tekstil, Plastik dan sejenisnya.

2.           Busa

Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu :

-   Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus.

-    Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.

-   Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun.

3.  Serbuk kimia kering

Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.

Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara fisik dan kimia.

4. Carbon dioksida (CO)

Media pemadam api CO2 didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO2 dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O2) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup.
Namun CO2 juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O2) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.

 5. Halon

Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 oC maka akan mengalami penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.

Kamis, 11 Agustus 2022

Pemanfaatan biopori untuk meningkatkan ketersediaan air tanah

 

Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.

Biopori biasa juga disebut dengan lubang resapan biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang ini memiliki diameter antara 10-30 cm dan tidak memiliki muka air tanah dangkal. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.



Pembuatan lubang biopori merupakan teknologi ramah lingkungan dan murah. Modal utama adalah kemauan dan kesadaran manusia itu sendiri dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dari ketersediaan air dan pencemaran lingkungan akibat sampah. Semua orang dapat memanfaatkan teknologi ini dengan memanfaatkan air hujan, karena curah hujan ada dimana-mana. Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Sehingga perlu ditanamkan kesadaran pentingnya ketersediaan air tanah yang merupakan sumber penghidupan makhluk hidup, termasuk manusia, tanaman dan binatang.

Manfaat Biopori

Pembuatan biopori juga memiliki tujuan agar kita memperoleh manfaat. Berikut ini ada empat manfaat yang kita dapatkan jika membuat lubang resapan biopori di halaman rumah.

1. Mengurangi Sampah Organik

Pembuatan lubang resapan biopori dapat mengurangi sampah organik dari rumah kita ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Karena, ketika kita membuat lubang, salah satu proses yang harus dilakukan adalah memasukkan sampah organik.

Selain mengurangi sampah organik yang akan dibuang ke TPA, pembuatan biopori juga akan membuat masyarakat biasa memilah antara sampah organik dan anorganik.

2. Menyuburkan Tanah

Ketika kita memasukkan sampah organik ke dalam lubang, akan terjadi proses biologis yang akan menjadikan sampah tersebut menjadi pupuk kompos. Dengan terbentuknya pupuk kompos di dalam lubang, tentu akan membuat tanah menjadi lebih subur.

3. Membantu Mencegah Terjadinya Banjir

Saat ini, banjir sering terjadi entah itu di kota atau di kampung, dan salah satu penyebabnya adalah sistem drainase yang tidak baik. Biasanya di daerah padat penduduk drainasenya buruk karena kurangnya daya serap air oleh tanah.

Dengan membuat lubang resapan biopori, dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Selain itu, sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah.

Cacing yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-terowongan kecil di dalam tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik. Hal ini tentu akan membuat air lebih cepat meresap ke dalam tanah.

4. Mempengaruhi Jumlah Air Tanah

Terowongan-terowongan kecil yang dibuat oleh cacing tanah akan meningkatkan luas permukaan tanah. Hal ini tentu akan membuat kapasitas tanah untuk menampung air menjadi meningkat. Bahkan, lubang resapan biopori ini mampu meningkatkan luas bidang resapan menjadi 40 kali lipat.

Lokasi Pembuatan Biopori

Pembuatan biopori sebaiknya dilakukan pada area terbuka yang akan terkena air hujan. Kita bisa membuatnya di halaman rumah, sekitar pepohonan, sekitar tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya.

Cara Membuat Biopori

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bagaimana kita membuat biopori. Mulai dari alat dan bahan yang dibutuhkan, sampai langkah-langkah pembuatannya.

Alat Dan Bahan

·         Bor tanah




·         Pipa PVC dan penutup yang sudah dilubangi bagian sisi-sisinya




·         Sampah organik

·         Air

Langkah-Langkah Membuat Biopori

1.   Sebelum mulai membuat biopori, terlebih dahulu tentukan lokasi yang akan dijadikan tempat pembuatan.

2.   Setelah ditentukan tempatnya, siram tanah yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan biopori dengan air agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah untuk dilubangi.

3.   Lubangi tanah dengan menggunakan bor tanah, usahakan buat yang tegak lurus.

4.   Buat lubang dengan kedalaman kurang lebih 1 meter dengan diameter 10-30 cm.

5.   Setelah itu, lapisi lubang menggunakan pipa PVC yang ukurannya sama dengan diameter lubang.

6.   Kemudian, isi lubang dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya.

7.   Setelah itu tutup lubang menggunakan kawat besi, atau bisa juga memakai tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu.

Perawatan Biopori

Lubang resapan biopori ini juga harus kita rawat agar tetap terjaga kualitasnya dan dapat berfungsi dengan baik. Kita perlu melakukan beberapa hal berikut untuk merawat lubang biopori.

·  Kita dapat mengisi lubang biopori dengan sampah organik secara bertahap setiap lima hari sekali sampai lubang terisi penuh dennga sampah.

·        Lubang resapan biopori yang sudah terisi penuh dengan sampah dapat kita biarkan selama tiga bulan agar sampah tersebut nantinya menjadi kompos.

·     Setelah tiga bulan, angkat kompos yang sudah jadi dari lubang biopori, dan lubang siap diisi kembali dengan sampah yang baru. Kompos pun siap digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah.

Untuk mempermudah pembuatan lubang resapan biopori, ikuti tips dan trik berikut ini.

·    Setiap mata bor masuk seluruhnya ke dalam tanah, tarik mata bor sambil diputar ke kanan, lalu bersihkan tanah yang terbawa mata bor. Setelah itu, lanjutkan kembali pengeboran tanahnya.

·   Kita bisa melakukan penyiraman dengan air selama proses pengeboran agar lebih mudah melubangi tanah.

·  Ketika terdapat bebatuan atau kerikil yang menghalangi, kita dapat menghentikan pembuatan lubang atau bisa dihilangkan terlebih dahulu batu yang mengganggu tersebut.

·      Kalau tidak punya bor tanah, bisa juga digunakan linggis untuk membuat lubang.

·    Kamu bisa melakukan penyemenan di sekeliling lubang agar biopori lebih awet.

·         Jarak antar lubang biopori 50 cm – 1 meter







 

 

 

Selasa, 05 Juli 2022

Pembibitan swadaya kopi sebagai salah satu usaha untuk mendukung kegiatan Seger Tanpo AC

 

Pembibitan swadaya kopi sebagai salah satu usaha untuk mendukung kegiatan Seger Tanpo AC. Pembibitan swadaya  tersebut kami buat di KTH Budi Luhur Lestari Desa Wates Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo dengan jumlah 1000 bibit. Bibit tersebut merupakan permintaan dari masyarakat setempat karena mereka sudah merasakan akan manfaat dari menanam kopi. 

Kopi adalah salah satu tanaman semak yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian 700 – 1600 mdpl. Pohon kopi dipangkas pendek untuk menghemat energi dan bantuan panen, namun bisa tumbuh lebih dari 30 kaki (9 meter) tinggi. Setiap pohon ditutupi daun hijau dan ranting yang saling bertautan saling berpasangan. Ceri kopi tumbuh di sepanjang cabang. Karena tumbuh dalam siklus yang terus menerus, tidak biasa melihat bunga, buah hijau dan buah matang bersamaan pada satu pohon. Dibutuhkan hampir setahun untuk ceri yang matang setelah berbunga pertama, dan sekitar 5 tahun pertumbuhan mencapai produksi buah penuh. Sementara tanaman kopi bisa hidup sampai 100 tahun, mereka umumnya paling produktif antara usia 7 dan 20. Perawatan yang tepat dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasilnya selama bertahun-tahun, tergantung varietasnya. 

Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia disebabkan antara lain: (1) bahan tanaman yang digunakan petani bukan klon/varietas unggul dan (2) petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi budidaya sesuai anjuran. Untuk menerapkan teknologi bididaya sesuai anjuran harus dimulai dari penggunaan Varietas unggul dan cara pembibitan yang sesuai dengan praktik budidaya kopi yang baik (good agricultural practices/GAP).

Perbanyakan bahan tanaman kopi dapat dilakukan secara konvensional dan non konvensional. Perbanyakan secara konvensional dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) . Benih (Biji) kopi yang akan disemai harus diambil  dari  pohon yang berproduksi tinggi (produksi buah di atas 5 kg/pohon/tahun) dalam tiga musim (stabil).    Buah kopi berwarna   merah/kuning   (matang   fisiologis)   diambil   dari bagian  tengah  cabang  produksi  yang  berbuah  lebat  dengan cara dipetik satu per satu.

Buah kopi hasil panen  kemudian  disortir dengan cara direndam dalam bak air dan dipilih buah kopi yang tenggelam. Buah kopi terpilih kemudian dikupas kulit buahnya dengan menggunakan tangan atau diinjak dengan kaki. Pengupasan dapat juga menggunakan  mesin pengupas kulit buah ( pulper ). Buah kopi yang sudah di kupas kemudian di fermentasi selama 12 jam dan di cuci untuk menghilangkan lendirnya. Kopi gabah kemudian di kering anginkan selama 2-3 hari di tempat yang teduh ( kadar air sekitar 30% ).

Lokasi bedengan persemaian

Bedengan persemaian biji kopi lokasinya harus memenuhi syarat sebagai berikut : 

1. Mudah diawasi (di pinggir jalan), dekat areal pembenihan dan penanaman (kebun).

2          2.  Lahan datar, berdrainase baik (tidak tergenang air) dan dekat sumber air.

3       3. Lahan/tanah  untuk   persemaian   bebas   dari   nematoda parasit dan jamur akar kopi.

      Penyemaian biji kopi

Cara penyemaian biji kopi pada bedengan yang telah disiapkan dilakukan sebagai berikut: 

1. Sebelum  dilakukan   penyemaian   biji   kopi,   bedengan disiram air sampai jenuh (merata)  menggunakan gembor. 

2. Penyemaian dilakukan  dengan  cara  membenamkan  biji pada bedengan sedalam ± 0,5 cm, permukaan biji yang rata harus menghadap ke bawah. Jarak tanam yang digunakan dalam penyemaian tersebut adalah 3 cm x 5 cm. 

3.  Setelah semua biji  tertata/dibenamkan di atas bedengan, pada bagian atas biji tersebut diberikan potongan jerami atau alang-alang, agar terlindung curahan air siraman.



Pembuatan Bedengan Perbenihan

Bedengan pembenihan merupakan tempat penanaman biji yang telah disemaikan (fase kepelan). Cara pembuatan bedengan tersebut hampir sama dengan bedengan penyemaian yang berbeda adalah media tumbuh yang digunakan.  Adapun syarat media pembenihan sebagai berikut:

1. Lokasi bedengan dekat dengan kebun (lokasi penanaman).

2. Media tumbuh  yang  digunakan  pada  bedengan  berupa campuran tanah lapisan atas, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 2. 

3. Apabila bedengan  mempunyai  tanah  lapisan  atas  yang gembur, media tumbuh cukup berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 :

4. Media tumbuh  dapat  juga  menggunakan  tanah  hutan lapisan atas (0-20 cm) tanpa campuran pasir dan pupuk kandang.

5. Pilih benih  kopi  pada  fase  kepelan  yang  tumbuhnya normal dan sehat, akarnya dipotong 5,0–7,5 cm dari pangkal. Benih ditanam dalam bedengan dengan cara melubangi media tumbuh ( ditugal ) sedalam ± 10 cm,tanah di padatkan  agar  akar  tidak  menggantung  (tanah berongga). Diusahakan agar akar tidak terlipat/bengkok. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 25 c

Penanaman dalam polybag

Selain dalam bedengan pembenihan, penanaman benih kopi pada fase kepelan, dapat dilakukan dalam polybag. Adapun cara penanamannya sebagai berikut:

1. Polybag yang digunakan berukuran lebar 15 cm, tinggi 25cm, tebal 0,08 mm, dan diberi lubang sebanyak 15 Ukuran polybag ini cukup untuk kopi Arabika tipe katai, sedangkan tipe/klon/varietas lain ukuran polybag perlu disesuaikan.

2. Polybag  diisi   dengan   media   tumbuh   (jenisnya   sama dengan bedengan pembenihan) dan disiram air hingga basah menggunakan ge Selanjutnya, diatur/ditata di bedengan   dengan   jarak   antar   polybag   sekitar   7   cm sehingga jika lebar bedengan 120 cm dapat diisi dengan enam baris.

3. Sebelum  benih   kopi   yang   terpilih   ditanam,   akarnya dipotong 5,0–7,5 cm dari pangkal dan polybag yang berisi media tumbuh ditugal sedalam ± 10 Setelah benih ditanam dalam, tanah dipadatkan (menggunakan tangan) agar akar tidak menggantung (tanah berongga) dan diusahakan agar akar tidak terlipat/bengkok.



Pemeliharaan benih

Agar benih kopi tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif.  Kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan sebagai berikut:

1. Agar benih dapat beradaptasi dengan  kondisi di lapang (kebun), secara bertahap intensitas cahaya matahari pada areal pembenihan dinaikkan dengan cara membuka naungan sedikit demi sedikit. 

2. Penyiraman  benih   dilakukan   sesuai   dengan   kondisilingkungan (terutama curah hujan).

3. Media tumbuh  digemburkan  setiap  dua  bulan  sekali, rumput/gulma yang tumbuh dibersihkan/dibuang.

4. Pupuk yang  diberikan  pada  benih  kopi  dapat  berupa padatan maupun larutan dan dosisnya disesuaikan dengan umur be Apabila berupa padatan, pada umur 1–3 bulan dosisnya adalah 1 g Urea/benih  + 2  g  SP36/benih + 2 g KCl/benih. Pada umur 3–8 bulan diberikan 2 g Urea / benih. Jika  berupa  larutan  Urea  diberikan  dengan  konsentrasi 0,2% sebanyak 50–100 ml/benih/2 minggu.

5. Hama yang sering menyerang benih kopi adalah ulat kilan, belalang, dan bekicot, sedangkan penyakit yang sering dijumpai adalah rebah batang (Rhizoctonia solani). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual maupun

4. Benih kopi siap ditanam pada umur 10-12 bulan setelah penyemaian atau telah mempunyai 5 pasang daun dewasa.

Semoga pembuatan bibit kopi iniberhasil dan dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Wates Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo dan hasilnya nanti dapat meningkatn taraf hidup masyarakat setempat.