Kebakaran
hutan terjadi ketika semua elemen yang diperlukan dalam penyulutan api
dikumpulkan di area yang rentan: sumber penyalaan dihadapkan dengan bahan yang
mudah terbakar seperti vegetasi, yang mengalami panas
yang cukup dan memiliki pasokan oksigen yang cukup dari udara sekitar. Kadar
air yang tinggi biasanya mencegah penyulutan dan memperlambat perambatan,
karena suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk menguapkan air di dalam material
dan memanaskan material mencapai titik api.
Hutan lebat
biasanya memberikan lebih banyak bayangan, menghasilkan suhu lingkungan yang
lebih rendah dan kelembaban yang lebih
besar, dan karena hal-hal itulah hutan lebat tidak begitu rentan terhadap
kebakaran hutan. Bahan yang kurang padat seperti rumput dan daun lebih mudah
terbakar karena mengandung lebih sedikit air daripada bahan yang lebih padat
seperti cabang dan batang. Tanaman terus menerus kehilangan air karena evapotranspirasi, tetapi
kehilangan air ini biasanya diseimbangkan dengan air yang diserap dari tanah,
kelembaban, atau hujan. Ketika keseimbangan ini tidak dipertahankan,
tanaman mengering dan karenanya lebih mudah terbakar, sering kali sebagai
akibat dari kekeringan.
Penyebab Kebakaran hutan, antara
lain:
·
Sambaran petir pada hutan yang kering
karena musim kemarau yang panjang.
·
Kecerobohan manusia antara
lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
·
Aktivitas
vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari
letusan gunung berapi.
·
Tindakan yang disengaja seperti untuk
membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan
vandalisme.
·
Kebakaran di
bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak yang ditimbulkan dari
kebakaran liar antara lain:
1.
Menyebarkan emisi gas karbon
dioksida ke atmosfer.
Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar
ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai
perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut
adalah 6 miliar ton.
2.
Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman
baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga
dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah
sebelum sempat dikenali/diteliti.
3.
Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di
saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.
4.
Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan
terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di
daerah-daerah terpencil.
5.
Kekeringan juga akan mengurangi volume air
waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik
(PLTA) pada musim kemarau.
6.
Musnahnya bahan baku industri perkayuan,
mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan
perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja
menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7.
Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini
bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi
asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
8.
Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai
segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak
sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang
berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak.
Hal ini mengganggu kegiatan
keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga
terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak
pandang.
9.
Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan
harta benda lainnya.
Teknik Pemadaman Kebakaran
Memadamkan kebakaran dapat dilakukan
dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala
api , beberapa cara memadamkan api yaitu :
·
Pendinginan (cooling)
Salah satu cara yang umum untuk
memadamkan kebakaran adalah dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan
bakar sampai tidak dapat menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu
bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air. Pendinginan permukaan
biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang mudah terbakar dan memiliki
flash point dibawah suhu air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu
media air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah
terbakar dengan flash point di bawah 100 oC atau 37 oC.
·
Penyalimutan (smothering)
Pendinginan dengan menggunakan
oksigen (smothering), dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses
pembakaran api akan dapat padam. Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat
lebih cepat apabila uap yang terbentuk dapat terkumpul di dalam daerah yang
terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan berakhir apabila uap
tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses pengembunan ini akan dilepasnya
sejumlah panas.
·
Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar
dengan cara diurai (starvation)
o Menjauhkan
benda yang belum terbakar
o Menutup
kran aliran minyak/gas yang terbakar
o Merobohkan
salah satu bangunan guna melindungi bangunan yang jumlahnya lebih banyak dan
belum terbakar
Jenis Media Pemadaman Kebakaran
Penanggulangan Kebakaran, adalah
Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat
menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara
efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media pemadam kebakaran ada 5
jenis yaitu :
1.
Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk
memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian
dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti kayu, Arang,
Kertas, Tekstil, Plastik dan sejenisnya.
2.
Busa
Jenis
media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan
untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk memadamkan
kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung
yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat
dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui
kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu :
- Menutupi
yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan
oksigen (udara) terputus.
- Melemahkan
yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.
- Mendinginkan
yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun.
3. Serbuk kimia kering
Daya pemadam dari serbuk kimia
kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang
terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia kering makin luas permukaan
yang dapat ditutupi.
Adapun butiran bahan kimia kering
yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk
memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah
secara fisik dan kimia.
4. Carbon dioksida (CO)
Media pemadam api CO2 didalam tabung
harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO2 dalam
memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O2) sehingga konsentarsi didalam
udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara
menutup.
Namun CO2 juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak
dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal
ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O2) secara terus
menerus tetapi hanya mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia
sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila
digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan
ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas
halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 oC maka akan mengalami
penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan
oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru
dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar