Kamis, 26 Desember 2019

TEKNIK PENANAMAN


Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di budidayakan. Proses pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya metode agar tanaman dapat belangsung hidup di media dan lingkuanganya yang baru.
Pada umumnya kegagalan dalam proses penanaman adalah saat memindahkan bibit dari polybag ke media tanah di lahan

Prosedur Penanaman Bibit :
1. Lahan yang kering sebelum di tanam di siram dulu dengan air lembab
2. Membuat lubang dengan tugal sedalam 5 cm kurang lebih
3. Sebelum bibit di keluarkan dari polybag di siram terlebih dahulu agar media tidak pecah
4. Melakukan penanaman bibit, usahakan bibit dalam keadaan tegak dan satu lubang tanaman untuk satu bibit
5. Mulsa jerami di pasang di sekitar tanaman, tujuannya untuk menjaga kelembaban tanaman dan mengurangi pertumbuhan gulma.

Penanaman pohon dapat mengurangi dampak pemanasan global dengan kemampuan pohon dalam menyerap emisi karbon yang merupakan penyebab terjadinya pemanasan global
Manfaat Penanaman :
·        Manfaat estetis (keindahan),
Pohon memiliki beberapa bentuk tajuk yang khas, sehingga menciptakan keindahan tersendiri. Oleh   karena itu, apabila di susun secara berkelompok dengan jenis yang sama pada masing-masing kelompok dapat menciptakan keindahan atau suasana yang nyaman.
·        Manfaat Orologis, 
Akar pohon dan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat, sehingga mampu mencegah erosi atau pengikisan tanah
·       Manfaat Hidrologis, 
Banyaknya kelompok pohon-pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah resapan/persediaan air tanah yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya
·       Manfaat Klimatologis, 
Dengan banyaknya pohon, akan menurunkan suhu setempat, sehingga udara sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman. Maka, kehadiran kelompok pohon-pohon pelindung sangat besar artinya.
·        Manfaat Edaphis, 
Ini manfaat dalam kaitan tempat hidup binatang. Dilingkungan yang penuh dengan pohon, satwa akan hidup dengan tenang karena lingkungan demikian memang sangat mendukung.
·       Manfaat Ekologis, 
Lingkungan yang baik adalah seimbang antara struktur buatan manusia dan struktur alam. Kelompok pohon atau tanaman, air, dan binatang adalah bagian dari alam yang dapat memberikan keseimbangan lingkungan.
·       Manfaat Protektif, 
Manfaat protektif adalah manfaat karena pohon dapat memberikan perlindungan, misalnya terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping juga melindungi mata dari silau.
·       Manfaat Hygienis,
Adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Teknik Penanaman
·         Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan.Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.Jarak Tanam menentukan populasi tanaman & kebutuhan benih/ha.
·         Pembuatan Lubang tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
Ø  Sistem tanaman tunggal
Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya.Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit
Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.
Ø  Sistem tanaman campuran
Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.    Umur tanaman tidak jauh berbeda.
2.    Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
3.    Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan penyakit.
4.    Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.
Ø  Sistem tanaman tumpangsari
Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis.Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.
·         Waktu Tanam
             Penamanan harus dilaksanakan pada awal musim penghujan, dimana nyata sekali lebih menguntungkan di bandingkan jika di tanam pada akhir musim penghujan. Oleh karena itu di anjurkan agar semua persiapan kerja diselesaikan, agar penanaman dapat di laksanakan secepat mungkin tanpa ada penundaan. Hanya bibit yang benar - benar tumbuh sehat yang harus di tanam. Idealnya bibit berumur 9 - 12 bulan sebelum di pindahkan ke lapangan.

Tata Waktu Pemeliharaan Pemeliharaan Tahun Berjalan :
·         dilaksanakan 1 bulan setelah penanaman, meliputi
(a) penyulaman 10%,
(b) pendangiran,
(c) penyiangan,
(d) pemupukan,
(e) penanggulangan hama dan penyakit
·         Pemeliharaan Tahun I : dilaksnakan 1 tahun setelah penanaman, meliputi
(a) penyulaman 20%,
(b) pendangiran,  
(c) penyiangan,
(d) pemupukan,
(e) penanggulangan hama dan penyakit
·         Pemeliharaan Tahun II : dilaksanakan 2 tahun setelah penanaman, meliputi
(a) pendangiran,
(b) penyiangan,
(c) pemupukan,
(d) penanggulangan hama dan penyakit. Tidak ada penyulaman
Evaluasi Tanaman 
Evaluasi tanaman perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanaman. Evaluasi tanaman dilaksanakan sebelum pelaksanaan pemeliharaan tanaman. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah :
ü  Menghitung g jumlah tanaman yang hidup/mati,
ü  Menghitung jumlah tanaman sehat
ü Menghitung jumlah tanaman yang merana (tidak normal), Mengamati tingkat gangguan tanaman (hama, penyakit, gulma, binatang, dll.)
Langkah-langkah Evaluasi Tanaman
ü  Buat plot ukuran 25 m x 40 m atau setara 0,1 ha untuk setiap 1 ha areal penanaman
ü  Plot pertama diletakkan secara acak,
ü  plot berikutnya diletakkan secara berurutan di mana jarak antar pusat plot arah Utara- Selatan adalah 100 m, dan arah Barat-Timur adalah 200 m
ü  Pada setiap plot lakukan pengamatan :
·     Jumlah tanaman hidup - Jumlah tanaman mati
·     Jumlah tanaman merana (kecil kemungkinan tumbuh normal)
·     Jenis gangguan tanaman (hama, penyakit, ternak, dll.)
·     Data hasil evaluasi sangat berguna untuk melakukan startegi pemeliharaan tanaman


Selasa, 26 November 2019

Mengenal Bambu sebagai produk Hasil Hutan Bukan Kayu


Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang  60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan 1450 spesies.  Spesies bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin pegunungan hingga daerah tropis panas. Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae. Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu.
Bambu adalah tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia, dilaporkan dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam. Namun laju pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in) per hari. Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode Cretaceous, di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m (98 ft) tingginya, dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in). Namun spesies tertentu hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci saja.
Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, yang dapat menjadi penjelasan mengapa bambu memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). Selama beberapa bulan tersebut, setiap tunas yang muncul akan tumbuh vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia kematangan dicapai. Lalu, cabang tumbuh dari node dan daun muncul. Pada tahun berikutnya, dinding batang yang mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun ketiga, batang semakin mengeras. Hingga tahun ke lima, jamur dapat tumbuh di bagian luar batang dan menembus hingga ke dalam dan membusukkan batang. Hingga tahun ke delapan (tergantung pada spesies), pertumbuhan jamur akan menyebabkan batang bambu membusuk dan runtuh. Hal ini menunjukkan bahwa bambu paling  tepat dipanen ketika berusia antara tiga hingga tujuh tahun. Bambu tidak akan bertambah tinggi atau membesar batangnya setelah tahun pertama, dan bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan digantikan oleh tunas bambu baru di tempat ia pernah tumbuh.
Banyak spesies bambu tropis akan mati pada temperatur mendekati titik beku, sementara beberapa bambu di iklim sedang mampu bertahan hingga temperatur −29 °C (−20 °F). Bambu dari genus Phyllostachys dikategorikan sebagai spesies invasif di Amerika Serikat dan jual-beli maupun perbanyakan adalah ilegal. Kebanyakan bambu berbunga sangat jarang. Faktanya, bambu hanya berbunga dengan interval 5 sampai 120 tahun. Pembungaan massal pada spesies tertentu berbeda-beda waktunya. Pembungaan massal yang paling lama periodenya adalah bambu dari spesies Phyllostachys bambusoides. Spesies ini berbunga secara massal dalam waktu bersamaan meski terpisah secara geografis dan iklim, dan setelah itu bambu akan mati menyisakan rizomanya. Pembungaan ini memiliki dampak yang kecil, sehingga mengindikasikan keberadaan alarm biologis di dalam sel yang memicu penjatahan energi untuk memproduksi bunga dan menghentikan pertumbuhan vegetatif. Mekanisme ini, termasuk penyebabnya secara volusi, masih menjadi pertanyaan.
Satu hipotesis yang menjelaskan evolusi dari pembungaan massal ini adalah untuk "mengenyangkan" predator, di mana pembungaan dan pembuahan dalam waktu yang bersamaan akan meningkatkan ketahanan populasi benih mereka dengan membanjiri area dengan buah sehingga predator akan memakan yang mereka butuhkan dan lalu meninggalkan biji-bijian yang tersisa untuk tumbuh menjadi tanaman baru. Bambu memiliki siklus pembungaan yang jauh melebihi usia hidup rodent sehingga mampu mengatur populasi rodent agar tidak terbiasa memakan buah bambu. Dan bambu dewasa yang mati sebelum berbunga akan lebih efektif jika tidak dipertahankan sebagai mekanisme penyimpanan energi untuk melakukan pembungaan.
Hipotesis lainnya adalah berdasarkan pada teori kebakaran hutan bambu, dimana kematian massal pasca pembungaan memicu gangguan habitat. Bambu yang mengering di atas biji-bijian yang telah jatuh di atas tanah dapat memicu kebakaran hutan akibat sambaran petir. Karena bambu dapat menjadi tanaman suksesi yang agresif, dan tunas bambu yang baru dapat mencegah pertumbuhan tanaman yang lain sehingga mereka mampu menguasai lahan.
Namun kedua hipotesis diragukan dengan berbagai alasan. Hipotesis "pengenyangan" predator tidak menjelaskan secara detail mengapa pembungaan massal memakan waktu hingga 10 kali usia hidup rodent. Dan hipotesis kebakaran bambu diragukan karena tidak ditemukan bukti terjadinya kebakaran hutan bambu akibat sambaran petir; hampir semuanya disebabkan oleh manusia. Dan teori pemanfaatan sambaran petir sebagai satu-satunya alasan dalam kemajuan evolusi bambu diragukan karena sambaran petir merupakan kejadian alam yang sangat tidak terduga. Meski kebakaran hutan akibat sambaran petir sebenarnya terjadi dalam jangka waktu evolusi kehidupan di bumi di beberapa tempat. Dan spesies tanaman Pinus contorta membutuhkan pemicu ekologis seperti kebakaran hutan untuk menyebarkan biji lebih cepat, dan Sequoiadendron giganteum membutuhkan kebakaran hutan agar tunas mereka mampu mendominasi hutan.

Pemanenan kayu

Bambu yang digunakan untuk kegiatan konstruksi harus dipanen ketika batang mencapai kekuatan tertingginya dan ketika kadar gula di dalam batang berada dalam kondisi terendah, karena keberadaan gula mempermudah bambu untuk diserang hama.

Pencucian

Pencucian atau pengawa-lindian adalah penguraian getah bambu setelah pemanenan. Di banyak tempat di dunia, kadar getah dikurangi dengan berbagai cara:
1.     Bambu yang telah dipotong ditegakkan dengan bantuan bambu yang masih tertanam hingga daun yang masih menempel pada bambu berwarna kekuningan. Hal ini bertujuan agar kadar gula dalam getah dimanfaatkan oleh daun dan ranting bambu terlebih dahulu. Biasanya dilakukan selama dua minggu.
2. Cara yang sama dengan di atas namun bagian dasar bambu direndam dalam sungai atau drum air. Cara ini lebih cepat karena getah gula keluar hanyut atau larut oleh air.
3.     Dibaringkan dan direndam di badan air yang mengalir.
4.     Air dipompakan ke dalam batang bambu setelah bagian dalamnya dilubangi.
Dalam proses pencucian, bambu dikeringkan perlahan di tempat teduh untuk mencegah retaknya lapisan luar bambu.
Manfaat
Bambu ini juga dimanfaatkan sebagai bahan ramuan rumah: tiang, dinding, lantai, langit-langit, atap; serta untuk konstruksi pelbagai bangunan lain termasuk jembatan. Berat jenis bambu tali berkisar antara 0,50-0,67. Bilah bambu yang diambil dari buluh berusia 3 tahun yang dikeringkan di udara (kadar air 15,1%) memiliki sifat-sifat mekanis, berturut-turut untuk bilah dengan buku dan tanpa buku, sbb.: keteguhan patah 87,5 N/mm² dan 74,9 N/mm²; keteguhan tekan sejajar arah serat 37,5 N/mm² dan 33,9 N/mm²; keteguhan geser 7,47 N/mm² dan 7,65 N/mm²; serta keteguhan tarik sebesar 299 N/mm². Bambu tali telah dimanfaatkan sebagai bahan papan serat.
Kandungan pati pada buluh berfluktuasi antara 0,24-0,71%, bergantung pada musim. Untuk mengurangi kadar pati dan meningkatkan keawetan bambu sebagai bahan bangunan, buluh-buluh ini direndam selama sekurang-kurangnya 30 hari dalam air yang menggenang atau yang mengalir lambat (misalnya di sawah). Sebelumnya, buluh harus dikeringkan lebih dulu dengan cara ditegakkan dan diangin-anginkan di bawah naungan, sampai menjadi kuning dan benar-benar kering.
Rebungnya pahit rasanya dan umumnya tidak dimakan. Sebagian orang merendamnya lebih dulu selama 3-4 hari dalam air atau dalam lumpur, sebelum dimasak.

Bambu tali tercantum dalam lontar usada, yakni kitab pengobatan kuno dari Bali. Disebutkan dalam lembar-lembar lontar tersebut, akar dan buluh bambu apus dapat digunakan untuk mengobati kencing manis dan meremajakan kulit. Uji laboratorium mendapatkan bahwa ekstrak akar dan buluh bambu tali mengandung asam-asam lemak, baik asam lemak jenuh maupun asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, serta pelbagai senyawa lainnya. Sementara itu ekstrak daun bambu tali diketahui memiliki sifat menghambat aktivitas bakteria Escherichia coli penyebab diare.
Kelebihan Bambu :
1.    Ramah gempa
Bambu memiliki serta melampaui kekuatan daya tarik baja dengan diameter yang sama
2.    Tahan angin
Ketahanan terhadap angin juga bias di tingkatkan dengan bermain pada bukaan  atap. Pada bambu banyak celah fleksibel yang bias di lalui angin.
3.    Mudah di temukan
Bahan ini mudah di dapat karena tidak memerlukan waktu lama untuk panen. Sementara kayu lebih mahal dan langka karena harus menunggu selama puluhan tahun agar cukup kuat untuk bias di gunakan sebagai bahan bangunan
4.    Tanaman bambu hidup lebih lama
Di bandingkan dengan bahan kayu, bahan bambu dapat hidup lebih lama. Ketika batang batang bambu di panen, maka tanaman induknya tidak lantas langsung mati.
Produk olahan bambu









Rabu, 30 Oktober 2019

Sumur Resapan sebagai salah satu alternatif menanggulangi kekeringan


Teknik konservasi tanah dan air saat ini sangat diperlukan mengingat sering terjadinya bencana banjir dan kekeringan di beberapa daerah. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah pembuatan sumur resapan. Sumur resapan ini sangat baik dalam mengurangi besarnya aliran permukaan sehingga menurunkan peluang terjadinya banjir maupun kekeringan.
Dirangkum dari berbagai sumber, sumur resapan merupakan lubang yang dibuat di permukaan tanah dengan tujuan menampung air hujan sebelum diresap secara perlahan oleh tanah di sekitarnya. Berbeda dengan sumur air minum yang menari air dari dalam tanah ke permukaan, sumur resapan justru melakukan hal sebaliknya. Sumur resapan akan bekerja memasukkan air dari permukaan ke dalam tanah.
Jika sumur air minum dibuat dengan cara digali hingga ke bawah permukaan tanah, sumur resapan justru berada di atas muka tanah. Saat air hujan memenuhi permukaan, sumur resapan akan menampungnya di dalam sebuah wadah yang berada di permukaan tanah. Dari wadah tersebut, air akan menggenang dan perlahan-lahan diserap oleh tanah di sekitar sumur. Teknik konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode sumur ini dapat mengendalikan dampak dari air hujan dengan meresapkannya ke dalam tanah sehingga air tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, menjaga cadangan air tanah, dan menjaga pemukiman agar tidak tergenang (Sinaga 2017).
Teknik konservasi air ini sangat penting untuk dilakukan, terutama pada pemukiman yang cukup padat dan memiliki ruang yang sangat sedikit untuk meresapkan air hujan. Masyarakat pun dapat merasakan secara langsung manfaat dari adanya bangunan konservasi tanah dan air ini.
Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan optimal. Sumur resapan menurut Dwi et al. (2008) merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Menurut Sunjoto (1989) upaya pembangunan sumur ini merupakan teknik konservasi air yang pada hakikatnya adalah upaya manusia dalam mempertahankan, meningkatkan, dan mengembangkan daya guna air sesuai dengan peruntukannya dan dapat dicapai dengan memperbesar tampungan air tanah, memperkecil dimensi jaringan drainase, mempertahankan elevasi muka air tanah, mencegah intrusi air laut untuk daerah pantai dan memperkecil tingkat pencemaran tanah.

Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah baik secara buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah dalam rangka pengisian air tanah.
Sumur ini berbeda dengan sumur air minum. Dalam hal ini sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum adalah lubang yang berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Oleh sebab itu dari segi konstruksi maupun kedalamannya pun berbeda. Sumur resapan memiliki kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi (di bawah muka air tanah) (Mulyana 1998).

Manfaat Sumur Resapan

Menurut Widodo (2013) pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih menjadi solusi terbaik dan termurah. Air tanah ini dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari baik oleh rumah tangga, industri, hingga instansi pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005, pembuatan sumur resapan bertujuan untuk menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau sekaligus mengurangi peluang timbulnya banjir.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air
2.      Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah
3.   Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai
4.     Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
5.    Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah
Selain itu, fungsi sumur resapan dapat menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran pembuangan. Hal ini tentu saja selain dapat mencegah terjadinya banjir, air tampungan tersebut dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
Cara Kerja Sumur Resapan
Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air tersebut pada suatu sistem resapan dan sumur resapan dalam kondisi yang kosong dalam tanah dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah (Suripin 2004).
Di sisi lain menurut Arafat (2008), prinsip dasar sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung curah hujan ke dalam sebuah sumur dengan tujuan agar air hujan memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.
Salah satu manfaat sumur resapan tak lain untuk mencegah banjir. Saat curah hujan tinggi, ada terlalu banyak air yang memenuhi permukaan tanah sehingga membuat genangan. Sumur resapan akan menampung air hingga tanah mampu meresapnya. Selain itu, sumur resapan juga untuk membantu menjaga ketinggian permukaan air tanah yang dapat mencegah tanah menjadi tandus dan keropos-- bahkan mengalami penurunan ketinggian.

Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan:
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng,                 curam atau labil.
2. Sumur resapan berjarak minimal 5 meter dari tempat                                                               penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak  1 meter dari fondasi bangunan.
3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal 2 meter di                  bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum                    1,50 meter pada musim hujan. 
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah                               menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu                             menyerap genangan air setinggi 2 cm.