Pengelolaan hutan rakyat juga sangat layak untuk dioptimalkan karena adanya tantangan
berat bagi rehabilitasi hutan kita yang semakin hancur dewasa ini. Kebun-kebun pekarangan (homegarden) memadukan berbagai sumberdaya
tanaman asal hutan dengan jenis-jenis tanaman eksotis yang bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari, seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman untuk penyedia
bumbu dapur (Bhs. Jawa : empon-empon), tanaman obat, serta jenis tanaman yang
diyakini memiliki kegunaan gaib. Sebagai contoh, menurut kepercayaan di Jawa
ranting pohon kelor (Moringa pterygosperma Gaerttn.) dapat digunakan untuk
menghilangkan kekebalan seorang yang ber’ilmu’, ranting bambu kuning dapat
digunakan untuk mengusir ular, dan sebagainya.Seiring dengan pengelolaan
hutan yang belum optimal tersebut, maka ditawarkan tindakan silvikultur seperti
kegiatan pemeliharaan yang dapat membantu
pengelolaan hutan rakyat
untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Selain itu dengan mengelola hutan rakyat, tekanan
yang hebat terhadap
hutan negara lambat laun
akan dapat dihilangkan atau setidaknya
dapat ditekan dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani penggarap.
Peranan hutan rakyat sangat besar bagi keberlanjutan kehidupan manusia di Indonesia. Produktivitas hutan rakyat sampai saat ini belum optimal. Hal ini disebabkan beberapa hal sebagai berikut
:
·
keterbatasan masyarakat dalam pengetahuan teknik
silvikultur seperti pemilihan jenis pohon, penggunaan bibit unggul, pengaturan jarak tanam dan pemeliharaan tanaman, sehingga pertumbuhan dan mutu tegakan yang
dihasilkan kurang baik,
·
keterbatasan modal masyarakat dalam mengembangkan usaha hutan rakyat
·
luas pemilikan lahan yang relatif sempit dan lokasi yang terpencar menyulitkan pengelolaan dalam satu kejadian
manajemen. Selanjutnya karena belum adanya persatuan antara
pemilik hutan rakyat, menyebabkan keputusan
masih tergantung kepada masing-masing pemilik
sehingga kontunuitas produksi
sulit dicapai,
·
pembinaan tidak berkelanjutan dan hanya diarahkan pada kegiatan keproyekan jangka pendek.
Beberapa Manfaat yang dapat diberikan oleh kehadiran hutan rakyat antara lain:
Ø Memanfaatkan lahan tidak subur secara maksimal
dan lestari menjadi lahan yang subur.
Ø Meningkatkan produksi kayu dalam mengatasi kekurangan kayu bakar, kayu perkakas,
bahan bangunan dan lain-lain.
Ø Menyediakan bahan baku industri yang memerlukan bahan baku kayu (pabrik kertas, dll).
Ø Meningkatkan pendapatan petani (poverty elleviation).
Ø Mempercepat rehabilitasi lahan dan mewujudkan
terbinanya lingkungan hidup sehat dan kelestarian sumberdaya alam.
Ø Menambah lapangan kerja bagi penduduk pedesaan.
Permasalahan penerapan teknik silvikultur sering kita temui dalam
masyarakat akibat dari kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang
teknik penerapan silvikultur pemeliharaan yang
benar dan sesuai dengan aturannya secara teknis. Beberapa permasalahan penerapan teknik silvikultur pemeliharaan yang sering
terjadi atau ditemui pada hutan rakyat antara lain;
·
Rehabilitasi Teras dan Saluran Pembuangan Air (SPA/SPAT), dimana masih belum semua hutan rakyat melaksanakan kegiatan ini, karena masih menganggap tidak penting.
·
Pelaksanaan Pemupukan
, kegiatan ini seringkali tidak dapat dilaksanakan oleh para petani,
karena harga pupuk yang mahal sehingga petani tidak mampu untuk membeli.
Dengan demikian tanaman
di hutan rakyat menjadi tidak
subur. Contoh di hutan rakyat di Jawa ( Haryanto,2000)
·
Penyiangan, kegiatan penyiangan
ini hal yang penting untuk memberikan ruang tumbuh
bagi pertumbuhan, tapi kadang petani belum menganggap sebagai suatu kegiatan yang penting. Hal ini mengakibatkan pohon- pohon kehutanan maupun tanaman pertanian akan terganggu
pertumbuhannya.
·
Kesalahan dalam kegiatan Pemangkasan Cabang (Prunning), akibat dari pengetahuan dan ketrampilan yang belum dimiliki oleh para petani.
·
Kesalahan penerapan penjarangan,
akibat dari kurangnya pengetahuan dan teknik dalam pelaksanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar