Kamis, 08 September 2022

Kewaspadaan terhadap Kebakaran hutan di musim kemarau

 

Kebakaran hutan terjadi ketika semua elemen yang diperlukan dalam penyulutan api dikumpulkan di area yang rentan: sumber penyalaan dihadapkan dengan bahan yang mudah terbakar seperti vegetasi, yang mengalami panas yang cukup dan memiliki pasokan oksigen yang cukup dari udara sekitar. Kadar air yang tinggi biasanya mencegah penyulutan dan memperlambat perambatan, karena suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk menguapkan air di dalam material dan memanaskan material mencapai titik api.

Hutan lebat biasanya memberikan lebih banyak bayangan, menghasilkan suhu lingkungan yang lebih rendah dan kelembaban yang lebih besar, dan karena hal-hal itulah hutan lebat tidak begitu rentan terhadap kebakaran hutan. Bahan yang kurang padat seperti rumput dan daun lebih mudah terbakar karena mengandung lebih sedikit air daripada bahan yang lebih padat seperti cabang dan batang. Tanaman terus menerus kehilangan air karena evapotranspirasi, tetapi kehilangan air ini biasanya diseimbangkan dengan air yang diserap dari tanah, kelembaban, atau hujan. Ketika keseimbangan ini tidak dipertahankan, tanaman mengering dan karenanya lebih mudah terbakar, sering kali sebagai akibat dari kekeringan.

Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:

·                Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.

·                Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.

·                Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.

·                Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.

·                Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1.           Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.

2.           Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

3.           Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.

4.           Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.

5.           Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.

6.           Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.

7.           Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.

8.           Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak.

Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.

9.           Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.

Teknik Pemadaman Kebakaran

Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api , beberapa cara memadamkan api yaitu :

·                    Pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak dapat menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air. Pendinginan permukaan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang mudah terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah terbakar dengan flash point di bawah 100 oC atau 37 oC.

·                    Penyalimutan (smothering)

Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering), dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api akan dapat padam. Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih cepat apabila uap yang terbentuk dapat terkumpul di dalam daerah yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan berakhir apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses pengembunan ini akan dilepasnya sejumlah panas.

·                    Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar dengan cara diurai (starvation)

o  Menjauhkan benda yang belum terbakar

o  Menutup kran aliran minyak/gas yang terbakar

o  Merobohkan salah satu bangunan guna melindungi bangunan yang jumlahnya lebih banyak dan belum terbakar

Jenis Media Pemadaman Kebakaran

Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu :

 

1.           Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti kayu,  Arang, Kertas,  Tekstil, Plastik dan sejenisnya.

2.           Busa

Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu :

-   Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus.

-    Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.

-   Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun.

3.  Serbuk kimia kering

Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.

Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara fisik dan kimia.

4. Carbon dioksida (CO)

Media pemadam api CO2 didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO2 dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O2) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup.
Namun CO2 juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O2) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.

 5. Halon

Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 oC maka akan mengalami penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.